PADA SUATU PAGI HARI. Maka pada suatu pagi hari ia ingin sekali menangis sambal. Berjalan tunduk sepanjang lorong itu. Ia ingin pagi itu hujan turun. Rintik-rintik dan lorong sepi agar ia bisa berjalan sendiri saja sambil. Menangis dan tak ada orang bertanya kenapa. Ia tidak ingin menjerit-jerit berteriak-teriak mengamuk.

Sumber data dalam penelitian ini adalah puisi dari antologi puisi “Ayat-ayat Api” karya Sapardi Djoko Damono yang berfokus pada “Garis, Jaring, Hawa Dingin, Ia Tak Pernah dan di Depan Pintu”. Penulis berfokus pada karya Sapardi Djoko Damono karena latar belakang karya-karyanya yang dekat dengan tuhan dan kematian yang
ANALISIS SEMIOTIKA RIFFATERRE DALAM PUISI DONGENG MARSINAH KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO Ranti Maretna Huri1, Yenni Hayati2, M. Ismail Nst.3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Padang, Indonesia Jln. Prof. Dr. Hamka Air Tawar Padang, 25131. Sumatera Barat Email: hurimaretnaranti@gmail.com Abstract
Pada 1989, Sapardi Djoko Damono memperoleh gelar doktor dalam ilmu sastra dengan disertasi yang berjudul "Novel Jawa Tahun 1950-an: Telaah Fungsi, Isi, dan Struktur". Tahun 1995 ia dikukuhkan sebagai guru besar di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia (FSUI-sekarang Fakultas Ilmu Budaya) dan menjadi Dekan FSUI pada 1995-1999.
Ketiga, hasil temuan kumpulan puisi Ayat-Ayat Api karya Sapardi Djoko Damono ini relevan dan dapat digunakan sebagai bahan ajar sastra di SMA khususnya kelas X pada KD 3.17 tentang menganalisis . 360 212 293 234 47 400 46 48

antologi puisi sapardi djoko damono pdf